Kamis, 19 Agustus 2010

ABSTRAK




Inda Ayu Lestari. 20206468
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR, DAN ADVERSITY QUOTIENT MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKADEMIK(Studi Kasus Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi di Salah Satu PTS di Jakarta). Skripsi.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010.
Kata Kunci : Motivasi, Minat, Adversity Quotient.


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari motivasi belajar, minat belajar, dan adversity quotient terhadap prestasi belajar akademik mahasiswa akuntansi baik secara parsial maupun bersama-sama.
Survey dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta. Data diolah dan dianalisis dengan model statistik regresi linear berganda menggunakan uji T dan uji F dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial dengan menggunakan uji T, bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik. Namun pada variabel adversity quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan uji F, bahwa variabel motivasi belajar, minat belajar dan adversity quotient berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA (2000-2009)

Sedang Dalam Proses Pembuatan Jurnal Nasional

Senin, 07 Juni 2010

Hal-hal yang harus diperhatikan pada minat

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada minat ini, yaitu: ( Suranta dan Muhammad Syafiqurrahman, 2006 )
1. Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku seseorang.
2. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba melakukan sesuatu.
3. Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang diusahakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Minat menunjukkan seberapa suka seseorang terhadap sesuatu.

KEKUATAN MOTIVASI

Menurut Ishak Arep dan Tanjung Hendri (2003), ada enam kekuatan yang harus dimiliki seseorang. Adapun kekuatan tersebut adalah :
1. Kekuatan Akidah atau Keyakinan
Kekuatan ini adalah kekuatan yang paling mendasar pada diri manusia. Orang yang berkeyakinan lemah tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik, hanya dengan keyakinan yang kuatlah orang akan termotivasi melakukan suatu pekerjaan.
2. Kekuatan Organisatoris
Kekuatan ini adalah bagaimanaseseorang melakukan pekerjaan dengan manajemen yang baik. Seseorang akan termotivasi jika suatu pekerjaan dikelola dengan baik.
3. Kekuatan Intelektual
Kekuatan ini adalah kekuatan luar biasa dahsyat. Dengan kekuatan intelektual yang tinggi, seseorang akan termotivasi melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Kekuatan intelektual tersebut erat dengan pesimisme dan optimisme.
4. Kekuatan Teknokrat
Kekuatan ini erat kaitannya dengan teknologi. Semakin kuat penguasaan seseorang terhadap teknologi suatu pekerjaan. Semakin termotivasilah ia mengerjakan pekerjaan tersebut.
5. Kekuatan Demokratik
Kekuatan ini erat kaitannya dengan sikap dan gaya seseorang. Kekuatan ini merujuk pada kekuatan tim. Orang bijak mengatakan, no one of us as strong as all of us. Artinya, tak seorang pun dari kita sekuat kita semua. Akan tetapi harus ada kekuatan tim yang saling menutupi kekurangan masing-masing individu dan anggota tim.
6. Kekuatan Jiwa atau Takwa
Kekuatan ini merupakan faktor yang palong menentukan kelima kekuatan diatas. Kekuatan ini semacam perintah untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, bahkan bekerja digambarkan sebagai motivasi hidup.

BENTUK MOTIVASI

Dalam perwujudannya motivasi terealisasi dalam beberapa bentuk sesuai dengan arah tujuan dari individu yang memiliki motivasi tersebut. Winkle (2004) menyatakan lebih lanjut bahwa terdapat dua motivasi yang dapat membentuk perilaku:

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan suatu bentuk motivasi yang berasal dari luar, misalnya orang lain. Motivasi ekstrinsik selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh individu sendiri, walaupun individu lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi tersebut.

Perbedaan Individu dalam Menghadapi Kesulitan

Stoltz (2005) mengemukakan bahwa setiap orang dilahirkan dengan dorongan untuk mendaki karena memang hidup ini bagaikan mendaki sebuah gunung. Tetapi walaupun begitu, setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda pada pendakian, sehingga sukses yang didapat dalam hidupnya juga bervariasi. Maka berdasarkan AQ, terdapat tiga kelompok manusia yaitu :

1. Quitters (Pecundang atau Mereka yang Berhenti)
Adalah individu yang langsung berhenti di awal pendakian, memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti, cendrung untuk selalu memilih jalan yang datar dan lebih mudah. Individu umumnya bekerja sekedar untuk hidup, semangat kerja yang minim, tidak berani mengambil resiko dan cendrung tidak kreatif,menolak kesempatan, mengabaikan, menutupi atau meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki, meninggalkan hal yang ditawarkan oleh kehidupan. Tidak memiliki visi dam misi yang jelas serta berkomitmen rendah ketika menghadapi tantangan dihadapan.
2. Campers (Pekemah)
Adalah individu yang berhenti dan tinggal ditengah pendakian. Mendaki secukupnya dan berhenti kemudian mengakhiri pendakiannya. Umumnya setelah mencapai tingkat tertentu dari pendakiannya maka mencari tempat datar yang nyaman sebagai tempat persembunyian dari situasi yang tidak bersahabat. Fokusnya berpaling untuk kemudian menikmati kenyamanan dari hasil pendakiannya. Maka banyak kesempatan untuk maju menjadi lepas karena focus sudah tidak ada lagi pada pendakian. Sifatnya Satisficier, merasa puas diri dengan hasil yang sudah dicapai. Berbeda dengan Quitters, campers sekurang-kurangnya telah menghadapi tantangan pendakian dan mereka telah mencapai tingakt tertentu.
3. Climbers (Pendaki)
Adalah individu yang seumur hidup membaktikan dirinya pada pendakian, tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan atau kerugian, nasib buruk atau nasib baik, dan terus mendaki. Climbers adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau cacat mental, atau hambatan lainnya yang menghalangi pendakian.

Dimensi-dimensi Advesity Quotient

Stoltz (2000) menjelaskan bahwa AQ terdiri atas empat dimensi yang disingkat dengan CORE (Control, Ownership, Reach, Endurance). Sebelumnya Stoltz (2000) mengatakan bahwa dimensi AQ terdiri dari Control, Origin, dan Ownership, Reach, dan Endurance (CO2RE). Dalam penelitiannya Stoltz mengatakan bahwa dimensi Origin dan Ownership saling berkaitan, seseorang harus menyalahkan orang lain untuk peristiwa yang buruk agar tetap gembira padahal orang yang paling efektikf adalah memikul tanggung jawab untuk menghadapi maslalah, tidak peduli apa yang mnyebabkan kesulitan. Jadi Stoltz memutuskan bahwa dimensi AQ adalah Control, Ownership, Reach, dan Endurance.
1. C = Control (Pengendalian)
Dimensi ini mempertanyakan: Berapa banyak kendali yang seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan? Kata kuncinya ialah merasakan. Dimensi ini adalah suatu awal yang paling penting dan tambahan untuk teori optimisme Seligman. Mereka yang AQ-nya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar atas peristiwa dalam hidupnya daripada seseorang yang memiliki AQ yang lebih rendah dan mereka yang AQ-nya lebih tinggi cendrung melakukan pendakian dan relative kebal terhadap ketidakberdayaan, sementara orang yang AQ-nya lebih rendah cendrung berkemah atau berhenti.
2. O = Ownership (Kepemilikan)
Dimensi ini mempertanyakan: sejauh mana individu mengandalkan diri sendiri untuk memperbaiki situasi yang dihadapi, tanpa memperdulikan penyebabnya. Individu yang memiliki skor Ownership tinggi akan mengambil tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan, apapun penyebabnya. Adapun individu yang memiliki skor Ownership sedang memiliki cukup tanggung jawab atas keesulitan yang terjadi, tapi mungkin akan menyalahkan diri sendiri atau orang lain ketika ia lelah. Sedangkan individu yang memiliki skor Ownership yang rendah akan menyangkal tanggung jawab dan menyalahkan orang lain atas kesulitan yang terjadi.
3. R = Reach (Jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan: sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang? Respon-respon AQ yang rendah akan membuat kesulitan memasuki segi-segi lain dari kehidupan seseorang. Semakin rendah skor R seseorang, semakin besar kemungkinannya orang tersebut menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana. Semakin tinggi R, semakin besar kemungkinannya orang tersebut membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi.
4. E = Endurance (Daya tahan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan : berapa lamakah kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung? Semakin rendah skor Endurance semakin besar kemungkinan seseorang menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama.

Peranan Adversity Quotient dalam Kehidupan

Faktor-faktor kesuksesan dipengaruhi oleh kemampuan pengendalian individu serta cara individu tersebut merespon kesulitan, diantaranya berkaitan dengan :
1. Daya Saing
Jason Sattefield dan Martin Seligman (dalam Stoltz, 2005. h. 93), menemukan individu yang merespon kesulitan secara lebih optimis dapat diramalkan akan bersifat lebih agresif dan mengambil lebih banyak resiko, sedangkan reaksi yang lebih pesimis terhadap kesulitan menimbulkan lebih banyak sikap pasif dan hati-hati.
Individu yang bereaksi secara konstruktif terhadap kesulitan lebih tangkas dalam memelihara energy, focus dan tenaga yang diperlukan supaya berhasil dalam persaingan. Persaingan sebagian besar berkaitan dengan harapan, kegesitan, dan keuletan yang sangat ditentukan oleh cara seseorang menghadapi tantangan dan kegagalan dalam kehidupan.
2. Produktivitas
Penelitian yang dilakukan Stoltz, menemukan korelasi yang kuat antara kinerja dan cara-cara pegawai merespon kesulitan. Seligman (2006) membukitkan bahwa orang yang tidak merespon kesulitan dengan baik kurang berproduksi, dan kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik.
3. Kreativitas
Joel Barker (dalam Stoltz, 2005. h. 94), kreativitas muncul dalam keputusasaan, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang tidak pasti. Joel Barker menemukan orang-orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang oleh hal-hal yang tidak pasti.
4. Motivasi
Dari penelitian Stoltz (2005) ditemukan orang-orang yang AQ-nya tinggi dianggap sebagi orang-orang yang paling memiliki motivasi.
5. Mengambil Resiko
Satterfield dan Seligman (dalam Stoltz, 2005) menemukan bahwa individu yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif, bersedia mengambil banyak resiko. Resiko merupakan aspek esensial pendakian.
6. Perbaikan
Perbaikan terus-menerus perlu dilakukansupaya individu bisa bertahan hidup dikarenakan individu yang memiliki AQ yang lebih tinggi menjadi lebih baik. Sedangkan individu yang AQ-nya lebih rendah menjadi lebih buruk.
7. Ketekunan
Ketekunan merupakan inti untuk maju (pendakian) dan AQ individu. Ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus walaupun dihadapkan padakemunduran-kemunduran atau kegagalan.
8. Belajar
Carol Dweck (dalam Stoltz, 2005), membuktikan bahwa anak-anak dengan respon-respon yang pesimistis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola-pola yang lebih optimis.
9. Merangkul Perubahan
Perubahan adalah bagian dari hidup sehingga setiap individu harus menentukan sikap untuk menghadapinya. Stoltz (2005), menemukan individu yang memeluk perubahan cendrung merespon kesulitan secara lebih konstruktif. Dengan memanfaatkannya untuk memperkuat niat, individu merespon dengan merubah kesulitan menjadi peluang. Orang-orang yang hancur dalam perubahan akan hancur oleh kesulitan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar bukanlah suatu proses yang mekanistisk, tetapi dalam hal ini seluruh kepribadian individu yang belajar ikut aktif. Tinggi rendahnya tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar banyak ditentukan oleh faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Syah (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar secara umum, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan atas :
1. Faktor Internal Mahasiswa (Faktor dari dalam diri mahasiswa)
Faktor internal ini meliputi 2 aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
A. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmaniah & tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh & sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan tonus jasmaniah agar tetap bugar, mahasiswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan & minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan, sedapat mungkin terjadwal secara tetap & berkesinambungan. Kondisi organ tubuh mahasiswa yang sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
Selain kondisi fisiologis umum, berfungsinya alat panca indera dengan baik merupakan syarat yang memungkinkan belajar itu berlangsung dengan baik. Dengan sistem pendidikan dewasa ini, diantara panca indera manusia yang paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena sebagian besar hal yang dipelajari oleh manusia, dipelajarinya melalui penglihatan dan pendengaran.
B. Aspek Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Dimana faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik, yaitu :
a. Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiki-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Sebagaimana diungkapkan oleh Syah (2006) bahwa intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran-peran anggota tubuh lainnya.
Intelegensi/kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya dalam menentukan berhasil/tidaknya mengikuti program pendidikan. Pada umumnya orang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedang/rendah.
b. Sikap Mahasiswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi/merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2006) .
c. Bakat Mahasiswa
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988 dalam Syah, 2006). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing (Syah, 2006).
d. Minat Mahasiswa
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar mahasiswa, sebab minat itu sendiri adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2006).
Dalam konteks ini minat seseorang yang besar akan mempengaruhinya untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu tersebut secara terus-menerus. Pada situasi belajar mengajar di kampus, misalnya mahasiswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu akan cenderung untuk memusatkan perhatian secara terus-menerus selama belajar-mengajar berlangsung.
e. Motivasi Mahasiswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu (Syah, 2006). Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitmen, 1986 ; Reber, 1988 dalam Syah, 2006).
2. Faktor Eksternal Mahasiswa (Faktor dari luar diri mahasiswa)
Yakni kondisi lingkungan di sekitar mahasiswa, yaitu terdiri atas :
A. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi lingkungan sosial di sekolah adalah para dosen, para staf administrasi, teman-teman sekelas. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial mahasiswa adalah masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal mahasiswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga mahasiswa itu sendiri.

B. Lingkungan Non-Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung kampus, rumah tempat tinggal keluarga mahasiswa, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan mahasiswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa.

Senin, 12 April 2010

Matriks IFAS dan EFAS

Analisis SWOT atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal
dengan Ke-Ke-P-An, merupakan singkatan dari kekuatan
(strenght), kelemahan (waeknes), peluang (opportunity), dan
ancaman (threat). Adalah merupakan alat analisis yang
mendasarkan kepada kemampuan melihat kekuatan baik internal
maupun ekternal yang dimiliki perusahaan dibanding perusahaan
pesaing. Tujuannya adalah untuk : melakukan analisis situasi
atau kondisi, sehingga dapat merumuskan strategi perusahaan
dalam persaingannya di pasaran.
Analisis SWOT ini dilakukan dengan : 1). Menganalisis Faktor
Strategis Internal dan Eksternal, 2). Membuat Matriks Faktor
Strategi Internal (IFAS = Internal Strategic Factors Analysis
Summary) dan Matriks Faktor Strategis Eksternal (EFAS =
External Strategic Factors Analysis Summary), 3). Membuat
Matrik Ruang (Space Matriks), 4). Menyusun keputusan strategis
a). Menganalisis Faktor Strategis Internal dan Ekternal
Langkah menganalisis faktor strategis internal dan ekternal
adalah sebagai berikut :
1). Menginventarisir faktor internal yang mempengaruhi pen
capaian goals/sasaran, visi, dan misi yang telah ditetapkan
secara rinci (detail) dengan teknik brainstorming dan atau
NGT/Non Group Tecnique. Kemudian mendiskusikan setiap
faktor internal apakah termasuk kekuatan atau kelemahan
dibandingkan dengan perusahaan lain, dengan cara poling
pendapat.
• Kekuatan adalah kegiatan (proses) dan sumberdaya
yang sudah baik
• Kelemahan adalah kegiatan (proses) dan sumberdaya
yang belum baik.
2). Menginventarisir faktor eksternal yang mempengaruhi
penca
paian goals/sasaran, visi dan misi yang telah ditetapkan
secara rinci (detail) dengan teknik brainstorming dan
NGT/Non Group Tecnique. Kemudian mendiskusikan
setiap faktor eksternal apakah termasuk peluang atau
ancaman dibanding perusahaan lain, dengan cara poling
pendapat.
Peluang adalah faktor eksternal yang positif
Ancaman adalah faktor eksternal yang negatif
b). Membuat Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS= Internal
Strategic Factors Analysis Summary) dan Matriks Faktor
Strategis Eksternal (EFAS = External Strategic Factors
Analysis Summary)
Tujuannya adalah melihat berapa posisi tiap faktor yang telah
termasuk kedalam kekuatan, kelemahan, peluang ataupun
ancaman setelah dilakukan pembobotan, peratingan, dan
penilaian
c). Membuat Matrik Ruang (Space Matriks)
Tujuannya adalah menggambarkan posisi/kedudukan strategis
perusahaan pada matriks ruang (space matrix). Dengan
bantuan matrik ruang yang terdiri dari 4 ruang, sehingga akan
terlihat pada posisi ruang atau kuadran mana perusahaan
berada.
Kuadran 1
Kuadran ini merupakan posisi yang terbaik, karena lembaga
berada pada daerah yang “kuat” dan “berpeluang”. Pada
daerah ini, sangat memungkinkan bagi lembaga untuk
melakukan pertumbuhan yang agresif karena memiliki
peluang dan kekuatan yang dibutuhkan. Strategi yang harus
ditetapkan pada posisi ini adalah kebijakan pertumbuhan
yang agresif (Growth Oriented Strategy).
Kuadran 2
Kuadran ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala
kelemahan internal. Fokus strateginya adalah
meminimalkan masalah-masalah internal lembaga sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih b
Kuadran 3
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
lembaga menghadapi berbagai ancaman eksternal dan
kelemahan internal.
Kuadran 4
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, lembaga masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
d). Merumusan Strategi Umum (Grand strategis)
Tujuannya merumuskan strategi umum (grand strategy),
adalah mengembangkan perusahaan dengan memanfaatkan
hasil Analisis SWOT kedalam suatu format dengan memilih 5-
10 faktor utama tiap kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman.
e). Membuat keputusan strategis
Merumuskan keputusan strategi dengan menghubungkan
antara baris faktor internal (S dan W) dan kolom faktor
eksternal (O dan T). Pada pertemuan keduanya, melakukan
analisis strategi yang mungkin dikembangkan dengan
memanfaatkan keterkaitan keduanya. Untuk mempermudah
analisis ini, perhatikan saran umum dalam mengembangkan
strategi tersebut di bawah ini.
1). Strategi yang menghubungkan antara S dan O
Strategi dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaat peluang yang sebesar-besarnya
2). Strategi yang menghubungkan antara S dan T
Strategi yang dipilih adalah menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.
3). Strategi yang menghubungkan antara W dan O
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4). Strategi yang menghubungkan antara W dan T
Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman

Referensi JURNAL

PRESTASI BELAJAR

Prestasi Belajar
Pada dasarnya pelaksanaan belajar mengajar ada istilah yang disebut dengan hasil dan atau prestasi belajar, hal ini tentunya tidak terlepas dari kemampuan dan ketekunan serta kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses. Guna memenuhi pengertian prestasi belajar yang dimaksud, maka diuraikan terlebih dahulu mengenai kata belajar itu sendiri, selanjutnya kata prestasi, dan akhirnya akan didapat pengertian prestasi belajar secara utuh.
Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya suatu aktivitas yang mengarah pada suatu perubahan tingkah laku individu yang belajar, dimana perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan saja akan tetapi berupa kebiasaan, kecakapan, sikap, minat, serta penyesuaian diri (hasil interaksi dengan lingkungan terhadap situasi yang dipelajari) dengan perantaraan latihan, atau dengan kata lain perubahan tingkah laku
Pengertian Prestasi Belajar
Chaplin (2002) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan suatu ukuran mengenai kemampuan seseorang pada saat sekarang dalam melaksanakan suatu tugas. Tes prestasi gunanya untuk mengukur seberapa jauh subjek dapat mengambil pelajaran / manfaat dari hasil belajarnya dan dari pengalaman-pengalamannya dibandingkan dengan orang lain.

MINAT DAN PROFESI AKUNTANSI

Minat
Menurut Widyastuti (Ellya Benny dan Yuskar, 2005) menyatakan minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan minat, yaitu :
1. Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
2. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba melakukan sesuatu.

Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Profesi Akuntansi
Menurut International Federation of Accountants (Regar 2003) yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja pada pemerintah atau akuntan sebagai pendidik. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.

MOTIVASI

Motivasi
Supardi dan Anwar (2004:47) mengatakan motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada sescorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi, motivasi bukanlah yang dapat diamati tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak.
Dari definisi tersebut diatas dapat dilihat bahwa :
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi atau tenaga dalam diri pribadi seseorang.
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan yang mengarah ke tingkah laku seseorang.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

DAFTAR NAMA KAP DI JAKARTA

Arifin Faqih dan Rekan
Jl. Rawa Bambu Raya No. 17-D, Pasar Minggu,Jakarta Selatan 12520,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 7816837
Telp.(021) 7816931, Telp.(021) 7811562, Telp.(021) 7816837
Public accountant
Osman Ramli Satrio & Rekan (Deloitte)
Wisma Antara, 12th Floor,Jl. Medan Merdeka Selatan No. 17,Jakarta Pusat 10110,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 2313325, Fax.(021) 3840387
Telp.(021) 2312879, Telp.(021) 2312381, Telp.(021) 2312955
Public accountant and consultant
Deloitte
Kantor Akuntan Publik Drs. Surjadi
Karang Anyar Permai Complex Block B No. 14-16,Jl. Karang Anyar Raya No. 55,Jakarta Pusat 10740,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6595177
Telp.(021) 6595181, Telp.(021) 6595190
Public accountant
Dharma Surjadi
Haryanto Sahari & Rekan
Plaza 89, 12th Floor,Jl. HR. Rasuna Said Kav. X-7 No. 6, Kuningan,Jakarta Selatan 12920,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5212911, Fax.(021) 5212912
Telp.(021) 5212901, Telp.(021) 5212902, Telp.(021) 5212903
Public accountant; Audit service; Tax consulting service
Kantor Akuntan Publik Jan Ladiman & Rekan
Jl. Rawasari Barat I No. 5,Jakarta Pusat 10510,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4208163, Fax.(021) 4269332
Telp.(021) 4209312, Telp.(021) 4208579, Telp.(021) 4200276
Public accountant
Ladiman Djaiz


Kantor Akuntan Publik Tia Adityasih & Rekan
Jl. Padang Panjang No. 1, Manggarai,Jakarta Selatan 12970,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 83700065
Telp.(021) 83703880
Management consultant; Public accountant
Tia Adityasih
Gatot Premadi Yoewono Akuntan
Kebayoran Lama Plaza Block B-II,Jl. Kebayoran Lama No. 194-A, Kebayoran Lama,Jakarta Selatan 12220,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 7260461
Telp.(021) 7231012, Telp.(021) 7236072, Telp.(021) 7260039
Public accountant

Adversity quotient (AQ)

Adversity quotient (AQ)
Stoltz (2005) mendefinisikan AQ dalam tiga bentuk :
1. AQ adalah kerangka kerja konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua bagian dari kesuksesan. Dimana AQ berlandaskan pada sebuah penelitian yang bernilai penting, dengan mengkombinasikan pengetahuan yang praktis dan baru sehingga merumuskan sesuatu yang diperlukan untuk mencapai sukses.
2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon individu terhadap kesulitan.
3. AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah, untuk memperbaiki respon individu terhadap kesulitan
Dari ketiga definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa Adversity Quotient (AQ) adalah suatu ukuran untuk mengetahui daya juang individu dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri dalam menguasai hidup dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam memperoleh sebuah kesuksesan.

Contoh Outline

OUT LINE
PENGARUH PENGALAMAN TERHADAP PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR DALAM BIDANG AUDITING
BAB I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi itu semua para pengelola perusahaan salah satunya membutuhkan informasi akuntansi. Sejak itulah profesi akuntan mulai dipertimbangkan keadaannya. Jasa akuntan sangat diperlukan khususnya jasa akuntan publik mengenai tingkat kelayakan dan keandalan informasi atau laporan keuanganyang dibuat oleh akuntan internal atau akuntan yang ada diperusahaan maka terdapat proses pemeriksaan terlebih dahulu yang dilakukan oleh auditor.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar auditing Profesional Akuntan Publik (SPAP), akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian mutu. Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang independen. Dengan demikian kompartemen akuntan maupun organisasi profesi harus berusaha meningkatkan pemahaman auditor terhadap keahlian audit sehingga pada akhirnya akan berguna dalam membantu merancang bantuan keputusan, mengembangkan program pelatihan, menetapkan pedoman tariff jasa audit, dan menetapkan prosedur untuk evaluasi. Dalam standar SA seksi tentang pelatihan dan keahlian Auditor Independen yang terdiri atas paragraph 03-05, menyebutkan secara jelas tentang pelatihan dan keahlian auditor independen. Dalam standar umum SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor Independen yang terdiri atas paragraph 03-05, menyebutkan secara jelas tentang keahlian auditor disebutkan dalam paragraf pertama sebagai berikut “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor” (SPAP, 2001). Standar Umum pertama tersebut menegaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan untuk melaksanakan audit adalah harus memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing.
Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Sebagaimana yang telah diatur dalam paragraf ketiga SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian independen disebutkan: “Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit…. (SPAP, 2001)”.
Terkait dengan topik yang banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, Penelitian Diani Mardisar dan Ria Nelly Sari (2007), memberikan kesimpulan bahwa beberapa aspek yang dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor adalah pengetahuan dan akuntabilitas serta interaksi keduanya. Hal ini memiliki indikasi bahwa untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas seorang auditor harus memiliki akuntabilitas dan pengetahuan yang tinggi namun akuntabilitas dan pengetahuan bukanlah semata-mata faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil kerja. Namun kali penelitian kali ini memiliki beberapa perbedaan pada variable yang diukurnya pada peneliti sebelumnya. Variabelnya adalah pengalaman yang diukur berdasarkan dengan lamanya auditor bekerja, banyaknya tugas pemeriksaaan, banyaknya jenis perusahaan yang diaudit.

2. RUMUSAN MASALAH
“Apakah secara parsial dan bersama-sama pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja, banyaknya tugas pemerikasaan, banyaknya jenis perusahaan yang diaudit mempunyai pengaruhpositif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing?”.

3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah secara parsial dan bersama-sama pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja, dari tugas-tugas pemeriksaan, dan dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing.
Dan kegunaan dari penelitian ini adalah
o Untuk mengetahui apakah pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja/menjadi seorang auditor, dari tugas-tugas pemeriksaan yang telah dilakukannya dan dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing.
o Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian dibidang pengauditan.
o Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan terutama penerapan teori yang diperoleh selama studi.



BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
1. KERANGKA TEORI
Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam karangan Abdul Halim, (2001,hal 1) yang mendefinisikan auditing sebagai :
“Suatu proses sitematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukit audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Tipe-tipe Auditor
Tipe-tipe auditor yang umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Auditor intern
Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di dalam perusahaan (perusahaan negara atau perusahaan swasta).
2. Auditor pemerintah
Auditor pemerintahan merupakan auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan untuk pemerintah.
3. Auditor independen
Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepadanya masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan para pemakaian informasi keuangan, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya Auditor independen dalam prakteknya harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu.
Pengertian Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. (Knoers & Haditono, 1999).
Pengertian Keahlian auditor
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Murtanto & gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.
Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor
Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar Umum yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum Seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
• Standar Umum Pertama , paragraph 01-02
• Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen, paragraph 03-05
• Tanggal Berlaku Efektif, paragraph 06
Pentingnya Pengalaman dalam Meningkatkan Keahlian Auditor
Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor,pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Buku-buku psikologi tentang keahlian menarik dua kesimpulan umum, Asthon (1991) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) pemilikan pengetahuan khusus adalah penentu keahlian, (2) pengetahuan seseorang ahli diperoleh melalui pengalaman kerja selama bertahun tahun.
Telaah Penelitian Terdahulu dan Hipotesis
Beberapa studi yang terdapat dalam literatur memberikan suatu gambaran manfaat keahlian. Suatu pandangan kognitif menerangkan keahlian dalam kasanah pengetahuan. Pengetahuan dalam hal ini diperoleh melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang dibuat dimasa lalu dan umpan balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak langsung (pendidikan). Pendekatan kognitif pada keahlian dibidang auditing dipusatkan pada pengetahuan para ahli dan peranannya dalam pertimbangan professional. Hasil dari studi pandangan kognitif menunjukkan bahwa keahlian merupakan domain specific concept (Slatter dan Bonner dalam Murtanto, 1999).
Pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja
Penelitian Richard m.Tubbs (1992) yang melakukan penelitian terhadap dampak pengalaman organisasi dan tingkat pengetahuan. Penelitian tersebut menggunakan 72 orang auditor dan 23 orang mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah auditing. Hasil penelitian ini menunjukkan subjek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak akan menemukan kesalahan lebih banyak dan item-item kesalahan yang dilakukan lebih kecil dibandingkan auditor yang mempunyai pengalamannya lebih sedikit.
Pengalaman yang diperoleh dari banyak tugas pemeriksaan yang dilakukan
Abdol dan Wright (dalam Ken T.Trotman & Arnold Wright, 1996) memberikan bukti empiris bahwa dampak auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Mereka melakukan penelitian terhadap auditor berpengalaman (yang telah mencapai tingkatan staff, yang membutuhkan keahlian normatif) dan auditor yang kurang berpengalaman (lebih rendah dari tingkatan staff atau mahasiswa auditing) ketika mereka dihadapkan pada tugas yang terstruktur, semistruktur dan tidak terstruktur. Penelitian ini meberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan berpengaruh signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks. Seorang yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas.
Pengalaman yang diperoleh dari jenis perusahaan
Choo & Trotman, 1991 (dalam Anandayu, 2005) yang menyatakan bahwa auditor berpengalaman akan mengingat lebih banyak jenis item daripada item yang sejenis sedangkan auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak item sejenis.
Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit akan memberikan suatu pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian auditor.
2. HIPOTESIS
Hipotesis 1 : Pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja menjadi auditor mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing.
Hipotesis 2 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing.
Hipotesis 3 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing.
Hipotesis 4 : Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan, banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap peningkatan keahlian dalam bidang auditing.



BAB III : METODE PENELITIAN

1. PEUBAH DAN PENGUKURAN
Variabel penelitian dalam penulisan ini terdiri dari 3 variabel independent (X) dan 1 variabel dependent (Y). Dimana variabel independent (X) terdiri dari pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja dalam satuan bulan (X1), pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas-tugas pemeriksaan (X2) yang diukur dengan jumlah tugas pemeriksaan yang dilakukan responden, dan pengalaman yang diperoleh dari banyaknya jenis perusahaan yang telah audit responden (X3) yang diukur dengan jumlah jenis perusahaan yang telah diaudit. Sedangkan variabel dependen (Y) adalah keahlian auditor independen dalam bidang auditing.

2. Populasi dan Penentuan Sampel
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah ” AUDITOR / AKUNTAN PUBLIK ” yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta, Sampel penelitian ini adalah Auditor Independen yang berhak menandatangani laporan audit, diambil berdasarkan tingkatan (stratify) yang terdiri dari 5 KAP Besar, 5 KAP Menengah, dan 5 KAP Kecil. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan metode probability sampling atau sering disebut juga dengan random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian dimana setiap elemen penelitian mempunyai probabilitas (kemungkinan) yang sama untuk dipilih. Sampling adalah suatu cara atau teknik yang dipergunakan untuk menentukan sampel penelitian (Supardi, 2005).

3. Metode Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei, yaitu suatu cara penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta atau gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dikirimkan secara langsung ke Kantor akuntan Publik (KAP) tempat responden bekerja.


4. Metode Analisis
• UJI KUALITAS DATA
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrument dalam kuesioner harus diuji kualitas datanya atau syarat yang penting yang berlaku dalam kuesioner seperti: keharusan suatu kuesioner untuk valid dan reliable. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau reliable untuk variabel yang akan diukur, sehingga penelitian ini bisa mendukung hipotesis. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas kuesioner yang digunakan sebagai instrument penelitian, sehingga dapat dikatakan bahwa instrument tersebut valid. Instrumen dikatakan valid, jika instrument tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengukur sejauhmana hasil suatu pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran lebih dari satu terhadap gejala yang diukur dengan alat ukur yang sama.
• Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode regresi linear berganda, dengan alasan penggunaan variabel yang lebih dari satu dalam penelitian ini. Analisis regresi berganda ini diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 13.0. Analisis regresi linear berganda yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan memasukkan tiga buah variable independen yang terdiri atas pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja, pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan dan pengalaman auditor yang diperoleh dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit, serta satu variabel dependen yaitu keahlian auditor dalam bidang auditing.

Analisis Swot

ANALISIS SWOT KALBE FARMA

Strength/ Kekuatan
Kalbe merupakan market leader untuk produk kesehatan masyarakat dan market leader untuk produk ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai segmentasi pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator, dengan mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi.

Pada tanggal 16 Desember 2005, Manajemen Kalbe telah berhasil melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan PT Enseval (”Enseval”) menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan satu perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Penggabungan usaha ini akan memberikan peluang bagi masa depan Kalbe dalam meningkatkan efisiensi serta efektivitas. Merger yang melibatkan PT Enseval sebagai superholding dan tiga anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut — Kalbe Farma, Dankos Laboratories (DNKS), Enseval Putera Megatrading (EPMS) — sekaligus membentuk perusahaan yang betul-betul terintegrasi. Secara horisontal, Kalbe “baru” menawarkan rentang produk yang jauh lebih luas, mulai dari berbagai bentuk obat dan makanan kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara vertikal, mereka melakukan kegiatan dari pengadaan bahan baku, manufakturing produk jadi, pemasaran, sampai penjualan dan distribusi.
Kalbe memiliki pengalaman yang cukup panjang dan dari segi finansial, pendapatan kalbe meningkat sekitar 18% per tahun.

Manajemen Kalbe memiliki personel yang berpengalaman, termasuk di dalamnya mantan dirjen BPOM dalam mengembangkan, memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehataan dan farmasi. Dilengkapi dengan tim yang solid dan kerja sama yang baik antardepartemen internal dan hubungan yang erat dengan mitra , PT. Kalbe Farma Tbk. semakin mengukuhkan diri dalam jajaran perusahaan besar di Indonesia.
Pada bagian produksi, Kalbe memiliki 7 GMP (Good Manufacturing Practice) yang telah berstandar international dengan 2 GMP tambahan yang masih dibangun. Komitmen Kalbe dalam hal ini telah diakui melalui serangkaian hasil pengujian badan sertifikasi. Semua fasilitas produksi milik Kalbe dan Anak perusahaan telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001, sementara Kalbe, PT Dankos Laboratories Tbk. (”Dankos”) dan PT Bintang Toedjoe juga telah meraih sertifikasi ISO14001 serta OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kalbe dan Dankos secara konsisten berhasil mempertahankan pencapaian yang amat memuaskan dalam penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik, yaitu nomor lima dan nomor dua diantara semua perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005.

Pada bagian distribusi, Kalbe memiliki tenaga pemasaran sebanyak 6000 personil dengan 1 juta outlet di seluruh Indonesia. Ditopang struktur bisnis yang cukup lengkap, yakni memiliki perusahaan distribusi dan jaringan rumah sakit yang mengusung merek Mitra Keluarga dan Mitra International, termasuk sekolah perawat.
Weakness/ Kelemahan

Ekspansinya ke noncore-business, seperti ke bisnis property (PT Kalbe Land) dan pendidikan (STIE Kalbe). Ekspansi ini dapat mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam pengembangan bisnis farmasi.
Penjualan ekspor sampai dengan September 2005 bertumbuh sebesar 127,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan penjualan lokal bertumbuh dengan 28,6 persen. Meskipun ekspor tumbuh sangat besar, namun melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat membawa keuntungan yang besar juga. Pasalnya, sekitar 90 persen bahan baku masih impor sehingga harganya juga melonjak. Akibatnya, persentase laba kotor (gross margin) hanya mencapai 54,3 persen. Hal ini disebabkan karena Komponen impor dari obat masih sangat tinggi, yaitu sebesar 90% dari bahan baku yang digunakan (bahan aktif dan bahan pembantu) serta sekitar 50% dari bahan pengemas yang digunakan.
Bahan aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya tidak berarti dan belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing dibandingkan dengan sumber dari luar negeri. Upaya-upaya untuk meningkatkan self sufficiency di bidang pengadaan bahan baku sering terbentur pada permasalahan :
Ø Banyaknya jenis bahan baku yang digunakan oleh industri farmasi (hingga 6.000 items) sehingga banyak pemakaian per item yang tidak memenuhi skala produksi ekonomis.
Ø Masalah utama adalah pengadaan bahan baku untuk bahan dasar produksi lokal bahan baku yang terkait dengan :
i. Kurang berkembangnya industri kimia hulu yang bisa menopang pengadaan intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat. Ketergantungan pada intermediates dari luar negeri hingga tingkat tertentu bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari sintesis lokal.
ii. Kurang adanya koordinasi antara industri terkait misalnya industri petrokimia dan industri farmasi. Sering terjadi industri farmasi mengalami kesulitan karena intermediate-nya tidak bisa dibuat lokal.
Kelemahan pada dasarnya industri farmasi memang merupakan industri yang knowledge intensive dan highly regulated tetapi aspek regulasi industri farmasi di Indonesia dirasa cukup berat yang bersumber dari :
Ø Policy yang ada dibuat dengan semangat pengawasan dan bukan pengembangan;
Ø Pelaksanaan yang terasa lamban karena ketidak seimbangan antra jumlah pengawas dari pemerintah dengan pihak swasta yang harus dilayani.
Mata rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan distribusi hasil produksi industri farmasi masih belum seimbang baik secara kualitatif dan kuantitatif:
Ø Misalnya ratio dokter perpopulasi di Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1 juta penduduk.
Ø Jumlah apotik (drug store) saat ini berjumlah sekitar 6.000 buah yang terkonstrasi di kota-kota untuk melayani rakyat Indonesia yang lebih dari 200 juta penduduk. Program pharmaceutical care juga belum berjalan dengan baik sehingga mengurangan pemanfaatan obat secara optimal di masyarakat.
Ø Distributor yang jumlahnya cukup banyak tetapi tidak mempunyai jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga biaya distribusi relatif mahal.

Opportunity/ Peluang
1. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8% dari populasi dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada GDP dan kemungkinan akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun ke depan. Konsumsi produk farmasi termasuk resep dan OTC diperkirakan 7 milyar dan berkembang menjadi 13% dari 2005 sampai 2010. Serta terbukanya peluang ekspor sebagai akibat dari penurunan nilai rupiah dan pelaksanaan Good Manufacturing Practice yang baik di Indonesia.
Tahun 2000, Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar pada pasar internasional. Awalnya, perusahaan melempar produk ke pasar ASEAN, seperti Malaysia dan Singapura. Kemudian, sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal ini dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi pertama, trading based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor lokal di negara-negara tujuan ekspor. Kerja sama ini sangat simpel karena sebatas aktivitas jual-beli saja. Namun, lewat jaringan para trader ini produk-produk Kalbe ada di banyak negara, seperti Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi di negara-negara tersebut. Strategi kedua, marketing based. Kalbe membangun kantor perwakilan di setiap negara tujuan yang dari hasil survei internal berpotensi bagi pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor perwakilan Kalbe di beberapa negara, seperti Malaysia (untuk pasar Singapura dan Malaysia), Myanmar, Kamboja, Vietnam, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas melakukan aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT Kalbe Farma berencana membangun pabrik Orange Kalbe Limited di Nigeria. Pembangunan pabrik ini untuk memperkuat pangsa pasar di Afrika Barat. “Nigeria akan dijadikan sebagai basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma,” kata Dirut PT Kalbe Farma Johannes Setijono. Rencananya pabrik itu akan digunakan untuk memproduksi obat-obat OTC (obat tanpa resep) dan minuman energi.
2. Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.

Threat/ Ancaman

1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkannya “perang saudara” terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama. Di obat flu, misalnya, Kalbe memiliki Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan yang cukup ampuh, Mixagrip. Lantaran Kalbe dan Dankos bisa saling melihat data masing-masing, mereka bisa saling menjatuhkan.
2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar okal.
3· Diberlakukannya Undang-Undang Paten 1997 dan direvisi tahun 2001, industri farmasi Kalbe Farma, yang terbiasa mengandalkan pengembangan produk-produknya pada strategi copy cat produk-produk baru yang masih dilindungi paten, menjadi sulit untuk mengembangkan produk-produknya.
4· Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat menjadi lebih sulit dikontrol.
5· Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi. Kalbe mengakui jika produknya masih belum mampu bersaing dengan produk dari Amerika Serikat.

Referensi Jurnal

Jumat, 12 Maret 2010

VISI DAN MISI PERUSAHAAN

Visi dan Misi PT. Adamskyconnection Airlines (Adam Air)

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PENERBANGAN ADALAH YANG UTAMA

"Kewajiban Maskapai Penerbangan Sipil dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia Terkait dengan Upaya Pemenuhan Keselamatan dan Keamanan Penumpang"

Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tujuan terselenggaranya penerbangan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dengan mengutamakan dan melindungi penerbangan nasional, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong, penggerak, dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat hubungan antar bangsa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah menetapkan visi dan misi nya sebagai berikut :

VISI:
"TERWUJUDNYA PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA YANG ANDAL, BERDAYA SAING DAN MEMBERIKAN NILAI TAMBAH.

MISI:
a. Memenuhi standar keamanan, keselamatan penerbangan dan pelayanan; menyediakan sarana, prasarana dan jaringan transportasi udara yang andal, optimal dan terintegrasi;

b. Mewujudkan iklim usaha dan transportasi udara yang kompetitif dan berkelanjutan (sustainable);

c. Mewujudkan kelembagaan yang efektif dan efisien.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PENERBANGAN

Keselamatan merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan, tidak ada kompromi dan toleransi. Pemerintah berkomitmen bahwa "Safety is Number One" sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992.

Penyelenggaraan transportasi udara tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi masyarakat pengguna jasa transportasi udara yang dilayani dan juga kecenderungan perkembangan ekonomi global. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin membaik, peran Pemerintah yang semula sebagai penyedia jasa dan pelaku kegiatan ekonomi, akan berubah peran menjadi sebagai regulator.

Sebagai regulator, Pemerintah hanya bertugas menerbitkan berbagai aturan, melaksanakan sertifikasi dan pengawasan guna menjamin terselenggaranya transportasi udara yang memenuhi standar keselamatan penerbangan.

Pemerintah telah mempunyai Program Nasional Keamanan Penerbangan Sipil (National Civil Aviation Security Programme) yang bertujuan untuk keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan keberlanjutan penerbangan sipil di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, pesawat udara, para petugas di darat dan masyarakat, dan instalasi di kawasan bandar udara dari tindakan melawan hukum.

Pemerintah memandang perlunya paradigma baru bahwa keselamatan penerbangan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Perusahaan Penerbangan dan Masyarakat pengguna jasa.


Visi Dan Misi PT. Telkom

Visi

To become a leading InfoCom player in the region

Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.

Misi

Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.

Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.


Visi Dan Misi Hoka Hoka Bento

VISI PERUSAHAAN
VISI PERUSAHAAN DARI HOKA HOKA BENTO menjadi restoran fast food dengan ciri khas Jepang yang mengutamakan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang terbaik, sehingga HOKA HOKA BENTO menjadi pilihan utama dan terkemuka dalam bisnis restoran.


MISI PERUSAHAAN
Kami memberikan solusi bagi pelanggan untuk mendapatkan makanan yang berkualitas dan variatif dengan mengutamakan pelayanan demi kepuasan pelanggan. Kami berkeyakinan bahwa hanya dengan memaksimalkan pelayanan dan produktifitas kerja, kami bisa memaksimalkan ekuitas karyawan, kemampuan memperoleh keuntungan dan mencapai pertumbuhan.

Rabu, 17 Februari 2010

Manajemen Strategic


Pengertian Manajemen (Definition of Management)

Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :

1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.

Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.

Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.

Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.

STRATEGI ( Sumber dari Wikipedia )
Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan". Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".

Pengertian Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata (Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,XV)

Dengan menggunakan manajemen strategis, perusahaan akhirnya dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer,,,,
1.hardskill contohnya memiliki pendidikan yang tinggi, keterampilan dalam meggunakan peralatan kantor atau computer, berbahasa asing aktif
2. softskill contohnya dapat bekerja dalam tim, memahami orang lain, memotivasi karyawan

Namun pada intinya keterampilan yang harus dimiliki oleh para manajer :
1. Keterampilan konseptual (conceptual skills) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikanseluruh kepentingan dan kegiatan organisasi. Ini mencakup kemampuan manajer untuk melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan dan memahami hubungan antara bagian yang saling bergantungan, serta mendapatkan, menganalisa dan menginterpretasikan informasi yang diterima dari berbagai macam sumber.
2. Keterampilan kemanusiaan (human skills) adalah kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain baik individu ataupun kelompok. Manajer membutuhkan keterampilan ini agar dapat memperoleh partisipasi dan mengarahkan kelompoknya dalam proses pencapaian tujuan.
3. Keterampilan administrative (administrative sklills) adalah seluruh keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,, penyusunan kepegawaian dan pengawasan. Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk mengikuti kebijaksanaan dan prosedur, mengelola anggaran dan sebagainya. Keterampilan administrative adalah suatu perluasan dari keterampilan konseptual. Manajer melaksanakan keputusan-keputusan melalui penggunaan keterampilan administrative dan kemanusiaan.
4. Keterampilan teknik (Technical Skills) adalah kemapuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur- prosedur atau teknik-teknik dari suatu bidang tertentu seperti akuntansi, produksi, pemasaran, penjualan, permesian dll.

 
Copyright © 2010 Inda Ayu Lestari | Design : Noyod.Com